Oleh
: Ken Abdullah Timur
(Mahasiswa
fakultas teknik Unhalu dan pengurus KOPENDIS Sultra)
Siang itu udara kota kendari tidak seperti biasanya. sinar mentari
begitu menyengat sampai ke ubun-ubun menghanguskan kulit siapa saja yang menantangnya.
Bau menyengat dan Gumpalan asap hitam pembakaran ban mobil membumbung tinggi di udara diikuti dengan
teriakan lantang para aktivis mahasiswa menuntut dugaan korupsi pejabat
Sulawesi tenggara segera di usut tuntas oleh kejaksaan.
Pihak kepolisian terlihat siaga merapatkan barisan berdiri tegak di hadapan para demonstran yang kelihatanya sudah mulai muak dengan janji yang dilontarkan pihak kejaksaan.
Pihak kepolisian terlihat siaga merapatkan barisan berdiri tegak di hadapan para demonstran yang kelihatanya sudah mulai muak dengan janji yang dilontarkan pihak kejaksaan.
“Saudara-saudara
sekalian, jika hari ini pemeritah dalam hal ini pihak kejaksaan belum juga mau
mengusut tuntas dugaan korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah yang
tidak bertanggung jawab tersebut, kita sebagai mahasiswa akan terus berjuang
sampai titik darah penghabisan. Hidup mahasiswa….., hidup mahasiswa….,” tegas
salah seorang orator yang bernama Radit.
Sudah genap dua hari Radit dan kawan-kawannya melakukan aksi
menuntut diperkarakannya pelaku dugaan korupsi yang konon angkanya mendekati
triliunan rupiah. Radit dan kawan-kawannya memang dikenal sebagai aktifis yang
selalu berada di garda terdepan memperjuangkan hak-hak rakyat. Sehingga tidak
aneh jika julukan “Singa Jalanan”sering disematkan kepadanya. Bang radit, begitu
ia sering disapa oleh kawan-kawannya. Adalah salah satu kader terbaik yang
dimiliki oleh “Gerakan Pelindung Hak-Hak Rakyat” yang rela menggadaikan
kuliahnya hanya untuk membela kepentingan rakyat.
*******
Sedikit-demi sedikit mentari mulai condong ke barat. Jam menunjukan
pukul 14.00 waktu Indonesia tengah. Radit terus menyampaikan orasinya. Namun
tampaknya pihak kejaksaan tidak bergeming dengan aksi mahasiswa yang dijaga
ketat oleh pihak kepolisian. Raut muka penyesalan sudah mulai tampak pada diri Radit
dan kawan-kawannya. Sepertinya aksi yang mereka lakukan akan berakhir tanpa
hasil seperti sebelumnya.
Beberapa menit kemudian, seorang lelaki kurus dengan menggunakan
pakaian dinas keluar dari gerbang kejaksaan dan berbicara dengan salah satu personil
polisi yang dari tadi fokus memantau para demonstran. Setelah itu, lelaki
tersebut masuk kembali ke dalam kantor. Entah apa yang disampaikan kepada
polisi tadi. Radit tetap meneruskan orasinya.
“Kami meminta kepada pihak kejaksaan agar menemui kami di tempat
ini, namun jika memang tidak ada yang mau berdialog dengan kami, kami bisa saja
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan”. Suara menggebu-gebu Radit terdengar
lantang.
Pihak kepolisian
terlihat melakukan siaga satu berbaris rapi di depan para demonstran yang
tampaknya akan melakukan aksi anarkis, namun, tak lama berselang dua orang
lelaki berseragam dinas keluar dari kantor menuju para demonstran.setelah
mendengarkan orasi yang disampaikan radit dan kawan-kawannya, kemudian salah
seorang dari pejabat kejaksaan yang menemui para demonstran angkat bicara
“Adik-adiku aktivis mahasiswa, sesungguhnya kami paham dengan
tuntutan teman-teman. Siapapun dia yang melakukan tindakan korupsi yang
merugikan Negara harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang ada. Namun, kami
sudah sampaikan sebelumnya beri kami waktu untuk bekerja karena kami juga harus
punya bukti yang kuat. Apalagi saat ini pimpinan masih ada tugas di Jakarta.”
“Tapi kami tidak ingin dijanji-janji pak. Ini adalah sebuah kasus
korupsi yang sangat merugikan Negara. Jika dalam waktu satu minggu ini pihak
kejaksaan tidak melakukan langkah rill, kami bisa saja melakukan hal-hal yang
tidak diinginkan” Ucap salah seorang peserta dengan nada mengancam
“Iya..,iya.., kami paham dengan maksud adik-adik. Olehnya itu, beri
kami kesempatan untuk bekerja”
Hampir lima
belas menit radit dan kawan-kawannya berdialog dengan perwakilan kejaksaan
tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk membubarkan diri dengan aman. namun,
mereka berjanji akan melakukan aksi lagi jika tuntutannya belum juga terpenuhi.
Setelah melakukan aksi demonstrasi
tersebut, akhirnya radit dan kawan-kawanya pulang tanpa membawa hasil. Namun
mereka tetap memegang janji dari pihak kejaksaan. Radit pulang ke kos yang
disewanya di dekat kampus. Kos yang ukurannya sangat kecil namun bernuansa
intelektual. Radit merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu empuk.
tumpukan buku-buku pergerakan menghiasi kamarnya, namun sebagian besar
buku-buku tersebut adalah karya tokoh-tokoh Sosialis. Radit memang sangat
mengagumi pemikiran Karl Maks, Lenin, dan Che Guevara bahkan bagi dirinya
buku-buku Karl Maks lebih sakral daripada Al-Qur’an yang merupakan kitab suci
umat Islam. Semenjak bergelut dengan pemikiran-pemikiran Sosialis, radit sudah
tidak pernah lagi melakukan sholat karena menurut dia “agama adalah candu
kehidupan”.
Radit begitu
kelelahan setelah dua hari melakukan aksi demonstrasi, kinilah saat ia ingin
tidur sejenak agar energinya kembali pulih seperti biasanya. Belum sempat ia
memejamkan matanya ponselnya berdering ada yang memanggilnya. Bang riko nama
yang tertera dilayar ponselya.
Assalamu Alaikum Bang, ada yang bisa saya bantu bang? Sapa radit
Bagaimana kabarnya dinda? Apa bisa kita ketemu sebentar malam?
Bisa. Tapi ada hal apa nih bang? Tanya Radit dengan penuh tanda tanya
Nantilah kita ketemu dulu baru saya sampaikan. Kita ketemu jam
delapan malam di Restoran Apa Adanya.
Oke bang. Assalamu ‘alaikum
Wa ‘alaikum salam. Jawab riko di ujung telpon.
Rasa letih radit
seolah-olah hilang, kini pikirannya dipenuhi tanda Tanya. Setelah sekian lama
putus kontak dengan riko, kini riko baru menghubunginya. Riko adalah senior
radit di salah satu Gerakan Pemuda Pantang Mundur. Namun saat ini ia sudah
menjadi anggota Legislatif. Yang konon kabarnya di pemilukada akan datang, ia
akan tampil sebagai calon kandidiat untuk memperebutkan kursi kekuasaan.
******
Tepat pukul
20.00 wita, radit sudah berada di Restoran Apa Adanya. Namun Riko juga belum
datang. Memang saat diperjalanan ia sudah SMS ke Radit menyampaikan agak
terlambat tibanya karena masih ada urusan yang harus dia selesaikan.
Sebenarnya,
pikiran Radit masih dipenuhi tanda Tanya saat Riko mengajaknya bertemu secara
mendadak. Memang Riko adalah senior yang dia kagumi. Saat aktif sebagai mahasiswa ia dikenal sebagai aktivis
yang kritis melihat realitas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Namun seiring
berjalannya waktu, idealismenya mulai terkikis. Tidak ada yang mengetahui. yang
pasti perubahan sikap Riko terjadi saat bergabung menjadi anggota salah satu
partai politik. Saat Radit masih dipenuhi kebingungan tiba-tiba Riko muncul
dengan seorang lelaki yang berpakaian parlente.
“Bagaimana kabar dinda? Mohon maaf terlambat. tadi masih ada urusan
penting yang harus diselesaikan. Sapa riko saat bersalaman dengan radit
“Ya baik bang. Sebenarnya ada apa nih bang saya jadi bingung
tiba-tiba saya diajak ketemuan disini?
Jangan dulu buru-buru dinda, kita makan dulu baru saya bicara.
Tenang nanti saya traktir
Baiklah kalau gitu. Jawab radit tanpa kuasa menolak tawaran riko
Setelah makan malam, riko langsung membuka pembicaraan.
Gimana kabar teman-teman di gerakan pemuda pantang mundur? Tanya Riko
basa-basi.
Wah saya juga kurang tau bang, sudah lama saya tidak gabung dengan
teman-teman karena saya sekarang aktif di gerakan pelindung hak-hak rakyat.
Emangnya abang tidak pernah lagi gabung sama teman-teman ya?
Semenjak lulus kuliah dua tahun lalu saya tidak pernah gabung lagi
dengan teman-teman. Maklum banyak proyek di luar menunggu dan harus
dituntaskan. Cuma beberapa bulan lalu Si Roy datang ke saya minta bantuan
katanya ada kegiatan dan dananya masih minim.
Radit diam saja
dengan kata-kata Riko.
Dinda, dunia nyata tidak seindah yang kita banyangkan. Kita ini ya
memang harus idealis tapi juga harus realistis. Kalau tidak pintar-pintar dari
mana kita akan dapat duit? Coba lihat saya hari ini, jika saya tetap memegang
idealisme saya waktu kulih dulu pasti saya tidak akan seperti saya saat ini
dinda. Saat ini saya sudah punya rumah sendiri, mobil bahkan saya sudah
membahagiakan orang tua saya dengan memberangkatkan mereka di tanah suci.
Apa maksud abang menceritakan semua itu kesaya? Tanya radit dengan
nada bingung
Begini dinda, kawan saya ini adalah tangan kanan pak Riswan yang kau
demo tadi. Dia datang kesini mau mengajakmu kerja sama. Bicara baik-baik
mencari jalan keluar yang lebih praktis dan berwibawa.
Maksud abang ingin menyuap saya? Agar saya tidak lagi mengangkat
kasus ini? Tanya radit dengan nada meninggi
Tenang dulu dinda. Kami hanya ingin kerja sama denganmu. Saya tau
kau saat ini sangat membutuhkan uang. Saya dengar, ayahmu saat ini
sakit-sakitan kalau pentakitnya tidak segera diobati bisa tambah parah. Riko
coba meyakinkan Sambil menyodorkan uang sepuluh juta ke arah Radit.
Radit tak berkutik. Ia sadar saat ini keluarganya sangat membutuhkan
uang untuk pengobatan ayahnya. Belum lagi uang kuliahnya harus segera ia bayar
Jangan khawatir dinda, kami hanya mengajakmu kerja sama. Itulah yang
saya katakan tadi kita juga ini harus realistis. Saya tambahkan lima juta kalu
masih kurang nanti kau sampaikan. Kau datang saja ke kantor saya. Tapi kau
ingat, ini adalah bagian dari kerja sama kita. Kau diamkan kawan-kawanmu supaya
tidak lagi banyak bacot. Oke. Kami pamit dulu, sampai ketemu lagi. Riko
kemudian mengambil tangan Radit.
Radit paham
dengan maksud riko. Dia kemudian mengambil uang itu lalu memasukkan ke dalam
tasnya.
Mulai saat itu,
sedikit dan pasti idealisme Radit mulai terkikis. Dia tidak bisa berbuat
apa-apa. Saat ini ia tidak lebih aktivis yang taring idealismenya patah.
Sehingga slogan maju tak gentar membela yang bayar kini disematkan kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar