Kamis, 25 April 2013

Budak Dunia

http://mediaideologis-1.blogspot.com/m/catatan_ekonomi.html


Saat saya mengetik tulisan ini, sebenarnya saya dalam kondisi yang sangat sibuk dihimpit dengan jadwal dan agenda yang begitu padat. Maklumlah, saat ini saya sudah berada di semester akhir dan pasti berhadapan dengan makhluk bernama skripsi. Makhluk yang terkadang membuat orang susah tidur, tidak enak makan, dan buat pikiran kacau balau.

Patahnya taring idealisme



Oleh : Ken Abdullah Timur
(Mahasiswa fakultas teknik Unhalu dan pengurus KOPENDIS Sultra)

Siang itu udara kota kendari tidak seperti biasanya. sinar mentari begitu menyengat sampai ke ubun-ubun menghanguskan kulit siapa saja yang menantangnya. Bau menyengat dan Gumpalan asap hitam pembakaran ban mobil  membumbung tinggi di udara diikuti dengan teriakan lantang para aktivis mahasiswa menuntut dugaan korupsi pejabat Sulawesi tenggara segera di usut tuntas oleh kejaksaan.

SUMPAH PEMUDA DIPENGHUJUNG CERITA



Oleh: Firman el-faruq
Aktivis Gerakan Mahasiswa Pembebasan Sultra

            Di Tahun 1928, tepatnya di penanggalan 28 Oktober  adalah tonggak persatuan para pemuda Indonesia, dimana ditandai dengan berkumpulnya para pemuda dari berbagai belahan bumi pertiwi, yang semula bersifat kedaerahan menjadi ingin bersatu membentuk satu deret kata yang bernama “Indonesia”. Mereka memiliki perasaan yang sama, yaitu sama-sama dijajah oleh bangsa Belanda, yang saat ini hukumnya dalam bentuk KUHP kita ambil dan kita pakai menjadi konstitusi bangsa yang katanya telah meredeka ini, padahal sejatinya dijajah tanpa sadar dalam berbagai bidang kehidupan.
Sumpah Pemuda begitulah istilah yang sangat tenar dalam kosa kata para mahasiswa dan pelajar dewasa ini ketika mereka bernostalgia tentang masa lalu para founding father mereka, yang telah mengikrarkan tiga semboyang suci yang seolah-olah sakral dan sakti, yaitu satu tanah air tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Kesakralan dan kesaktianya pun mulai luntur seolah dimakan oleh usia, padahal umurnya belum sampai seabad, lebih lama penjajahan Belanda, ketika mengerogoti negeri Zamrud Khatulistiwa ini dan mengangkut kekayaan alamnya ke Den Haag Belanda selama 3,5 abad lamanya.
Para penjajah Belanda tentunya  bukan tanpa alasan membiarkan para pemuda dan pemudi negeri ini untuk mengikrarkan sumpah pemuda, karena sumpah pemuda ini akan menguatkan semangat Nasionalisme dalam dada generasi kita saat itu. Ikatan nasionalisme ini adalah salah satu jenis ikatan yang rendah nilainya, muncul karena naluri mempertahankan diri, dan pada saat mendapatkan ancaman dari pihak luar tetapi ketika situasinya aman dan terkendali ikatan ini pun sirna seketika, begitulah kata Al Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam bukunya Nidzhomul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam). Semangat Nasionalisme inilah yang menonjol dalam ikrar sumpah pemuda tersebut, sehingga umat Islam yang menjadi komponen terbanyak di Republik ini menjadi lupa akan problematika utamanya untuk bersatu dengan saudara-saudaranya dari berbagai belahan bumi yang lain disaat bersamaan mengalami nasib serupa, untuk membentuk suatu adidaya baru yang bernama Khilafah setelah keruntuhanya ditahun 1924 untuk kemunculannya yang pertama. Sekat nasionalisme inipun menjadikan mereka lebih peduli dengan negerinya masing-masing dan jauh dari persatuan global. Jadi, wajar jika penjajah tidak mencegah diucapkannya sumpah “semu” itu, karena semua itu adalah buah politik mereka, yaitu  devide et impera, pecah belah dan jajahlah. Suatu semboyang yang dipraktekan bangsa kolonial takala merampok negeri ini, dan semangat kebencian mereka terhadap Islam begitu membara sehingga mereka dengan wajah tersenyum melihat para pemuda-pemudi bangsa yang telah mereka jajah mengambil ide busuk mereka. Itulah konsep Nasionalisme, Patriotisme, Nation State, yang sebenarnya adalah merusak tatanan ummat Islam
Tinta Sumpah Pemuda pun kian luntur, ikrar yang katanya satu tanah air, malah kemudian terpecah belah saat ini, Papua bergejolak dengan OPM-nya (Organisasi Papua Merdeka), bumi Maluku mengeliat dengan RMS-nya (Republik Maluku Selatan), Timor-Timur lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi, dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) bisa diredam dalam tanda tanya besar. Katanya adalah satu bahasa, malah banyak orang tidak tau menggunakan bahasa Indonesia, karena gagalnya pendidikan dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Pendidikan adalah barang langka bagi masyarakat kelas pinggiran lebih langka ketimbang BBM (sama aja kali langka-nya).
Sekarang sumpah pemuda hanya sekedar cerita masa lalu yang telah usang oleh masa, kesaktian dan kesakralannya pun tidak teruji, malah wilayahnya makin digerogoti dan terancam upaya disintegrasi besar-besaran. Sebagai generasi muda yang peduli, mahasiswa dan pelajar harus berada di garda terdepan mewujudkan kebangkitan yang hakiki, agar NKRI (nanti akan jadi Negara Khilafah Rasyidah Islamiah, Insya Allah) ini tidak menjadi susut tetapi malah menjadi super power dunia, apa bisa? itulah kesangsian hampir 240 juta penduduk negeri ini terhadap semangat kebangkitan yang digelorokan. Sudah saatnyalah sumpah pemuda yang diinspirasi oleh ide yang jauh dari nilai kebenaran dari dzat yang maha benar seperti ide nasionalisme, patriotisme, dan nation state ditanggalkan untuk diganti dengan sesuatu sumpah yang berarti yang bisa menjadi saksi takala kematian datang menjemput.
Setetes embun penghapus dahaga gersangnya perjalanan negeri Indonesia yang katanya telah merdeka selama 67 tahun, muncul gagasan Revolusioner dan solutif dipenghujung tahun 2009, tepatnya tanggal 18 Oktober, bertempat di Depan Hall Basket Senayan Jakarta, lebih 5000  mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia tumpah ruah mengikrarkan sumpah suci dalam agenda Spektakuler Kongres Mahasiswa Islam Indonesia. Sumpah pemuda telah gagal itulah kata yang pantas kita lantunkan dan teriakan, sudah saatnya ummat manusia diatur dengan aturan yang adil dari dzat yang maha adil, sudah saatnya masyarakat negeri ini dari Sabang sampai Merauke merasakan kekayaan alamnya yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT, setelah berpuluh tahun lamanya dirampok dan dikuras oleh bangsa penjajah.  
Sumpah yang diikrarkan dalam kegiatan Kongres Mahasiswa Islam Indonesia tersebut adalah bukti kesungguhan untuk menata Indonesia yang lebih baik, dan negeri muslim lainnya sehingga mampu menjadi pengayom dunia dengan menerapakan aturan yang terbaik, yaitu Syariat Allah dalam bingkai yang bernama Khilafah. Sumpah ini pula akan menjadi bukti di hadapan Allah SWT akan semangat yang membara dan komitmen yang kuat setelah menyaksikan kehancuran Indonesia dan dunia pada umumnya ketika diatur dengan sistem sekuler baik berbentuk Kapitalis-Demokrasi maupun Sosialis-Komunis. Lembaran cerita bangsa akan ditutup oleh mahasiswa dan pelajar negeri ini dengan suatu sikap optimisme yang kuat untuk berjuang tanpa kenal lelah, seperti pernyataan seorang kepercayaan Muhammmad Al-Fatih ketika sebelum penaklukan Kota Konstantinopel disaat mereka kesusahan untuk menaklukan tembok kota tersebut, dia menyatakan bahwa “kita telah memulainya, maka wajib bagi kita untuk menuntaskannya”. Semangat terus pantang menyerah sebelum tegak Khilafah, pantang berhenti meniti jalan kebajikan ini sebelum kaki berpijak di Surga-Nya. Wallahu alam bi-ashawab.

MUSHAB BIN UMAIR




Siapakah yang tidak mengenal Mushab bin umair? Dia adalah satu diantara para shahabat Nabi SAW. Dia seorang remaja Quraisy paling menonjol, paling tampan, dan paling bersemangat. Para penulis sejarah biasa menyebutnya sebagai “pemuda Makkah yang menjadi sanjungan semua orang”.Dia lahir dan dibesarkan dalam limpahan kenikmatan. Bisa jadi, tak seorangpun diantara anak muda Makkah yang dimanjakan kedua orang tuanya seperti yang didapatkan Mushab bin Umair.  Meskipun usianya masih muda, ia menjadi bintang di setiap rapat dan pertemuan. Kehadirannya di setiap rapat dan pertemuan selalu dinanti.

WAJAH DEMOKRASI




Sedikit demi sedikit kini wajah asli demokrasi sudah mulai terbuka seutuhnya. Ide yang begitu diagung agungkan ini tidak lebih sebuah ide sampah yang menjijikkan. Pasalnya, ide yang melekat di dalam dirinya sebuah paham kebebasan, baik itu kebebasan kepemilikan (freedom of ownership),  kebebasan berpendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion) dan kebebasan berekspresi, sangat mudah digunakan untuk kepentingan Barat terhadap negeri-negeri islam.
Demokrasi yang katanya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ini sejatinya adalah ide busuk yang digunakan sebagai alat penjajahan Negara kampiun Demokrasi tersebut terhadap negeri-negeri berkembang khususnya negeri-negeri Islam. Itulah mengapa George W Bush saat menjadi presiden Amerika Serikat pernah berpidato di depan para petinggi Amerika Serikat“ jikalau sekiranya kita ingin melindungi Amerika dalam jangka panjang, maka sebarkanlah demokrasi dan kebebasan”. Tentunya, dalam pidato tersebut Bush junior sangat memahami bahwa sesungguhnya eksistensi Amerika Serikat sebagai Negara Adidaya saat ini tetap akan bertahan jika Ide Demokrasi dan kebebasan tetap dipertahankan dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.  Lihatlah saat ini, dengan alasan Kebebasan kepemilikan yang dibekingi undang-undang Privatisasi, Amerika serikat melalui Perusahaan-perusahaan mereka seperti FREEPORT, Exon Mobile, dll mengeksploitasi sumber daya alam negeri-negeri islam. Mereka menguras habis kekayaan Alam kaum muslimin kemudian menjualnya kembali kepada kaum muslimin dengan harga yang begitu mahal.
Melalui Lembaga-lembaga Internasional seperti PBB - yang katanya menjujung tinggi nilai-nilai Demokrasi- mereka mendikte setiap kebijakan ekonomi dan politik di Negeri-negeri muslim dan penguasa muslim dipaksa untuk tunduk terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui lembaga tersebut, mereka menyerahkan tanah palestina ke tangan orang-orang yahudi yang terbuang. Bahkan sampai saat ini, kaum muslimin terus dibunuh dan diusir dari Negeri mereka sendiri. Dan melalui lembaga itu pula, mereka memaksa penguasa Indonesia agar melepaskan timor-timor dari pangkuan bumi pertiwi dengan alasan setiap orang memiliki hak untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri. Hal tersebut tentunya akan sangat berbeda jika terjadi di negara-negara barat.
Fakta saat inipun membuktikan, dengan dalih kebebasan berekspresi dan berpendapat Sam bacile warga amerika serikat keturunan yahudi membuat sebuah film “Inocent of muslims” film yang berdurasi dua jam tersebut menggambarkan Nabi Muhammad SAW yang begitu dimuliakan dan dicintai umat islam sebagai lelaki hidung belang dan suka melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil)_Naudzubillah. Anehnya, Menanggapi film tersebut Pemerintah Amerika melalui menteri luar Negerinya Hilary Clinton, bukannya melarang malah mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Sam bacile tidaklah melanggar hukum.
 Padahal disisilain, ketika umat islam menuntut diterapkannya syariat islam di negeri mereka sebagai pengganti sistem kapitalisme yang rusak, mereka dicap sebagai radikal bahkan teroris yang harus diperangi. Mereka menuduh umat islam sebagai orang yang tidak toleran karena menolak keberadaan Ahmadiyah yang sesat dan menyesatkan. Tetapi disisi lain di Negara yang katanya kebebasan dijamin, melarang kaum muslimin mendirikan masjid, bahkan di prancis kaum muslimah dilarang menggunakan jilbab. Mereka memaksa umat islam agar tidak melanggar HAM (Hak Asasi Manusia) tetapi disisi lain dengan berbagai macam alasan mereka memborbadir Afganistan dan Irak yang merenggut berjuta nyawa kaum muslimin.
            Ironisnya, ada saja kaum muslimin yang tidak membuka mata melihat realitas tersebut. Bahkan mereka dengan bangganya mengklaim diri sebagai orang yang paling demokratis. Kaum muslimin tanpa ada rasa malu masih terus mengadopsi bahkan memperjuang ide sampah tersebut. Anehnya sebuah gerakan yang menamakan diri sebagai parta islam juga masih terus mengagungkan ide Demokrasi dan mengatakan Islam sama dengan Demakrasi. Seolah mereka tidak pernah memetik pelajaran dari fakta yang terus dipertontonkan barat kepada mereka. Fakta yang begitu jelas terlihat di depan mata kaum muslimin bahwa demokrasi adalah ilusi untuk kaum muslim.

Wahai kaummuslimin
Seharusnya fakta tersebut semakin membuka mata anda bahwa sesungguhnya demokrasi yang selama ini terus dipropagandakan oleh Negara-negara barat tidak lebih sebuah ide sampah busuk yang digunakan sebagai alat penjajahan. Demokrasi hanya akan digunakan untuk kepentingan barat bukan untuk kaum muslimin.
Seharusnya fakta tersebut juga semakin membuat anda sadar bahwa  ide sampah tersebut tidak pantas untuk diterapkan apalagi diperjuangkan.Sesungguhnya umat ini sudah muak dengan Demokrasi hanya karena penguasa-penguasa merekalah sehingga mereka terpaksa untuk mengambilnya. maka sampah demokrasi seharusnya anda masukkan ke tong sampah peradaban dunia dan anda mengambil islam sebagai sebuah ide yang pantas untuk diperjuangkan dan diterapkan. Saatnya Khilafah memimpin Dunia. (KEN Abdullah Timur)

DREAMS COME TRUE



Oleh: Muhammad Halim Assad

Kawan. Pernah kah membayangkan tentang bagaimana kemenangan dakwah kampus. pernah sepersekian detik kamu berkhayal tentang indahnya kampus ketika nilai Islam meresapi setiap relung mahasiswa di kampus.

Tahukah kamu kawan, aku pernah membayangkannya, aku pernah masuk dalam indahnya bermimpi tentang kemenangan itu, rasanya sangat indah, dan aku ingin juga membagi rasa ini kepada kawan semua.

Monolog berikut kupersembahkan khusus untuk pejuang dakwah yang tak kenal lelah. Yakinlah bahwa tetes keringat yang berjatuhan adalah saksi bisu atas perjuangan besar Karena rindu pada Rabb..

Aku sedang berjalan di jalan setapak taman masjid kampusku, sebuah masjid kampus yang megah karena arsitekturnya yang kompleks.
yang menghangatkan jemari dan dahi yang bersujud dan bersimpuh meraih nikmat Rabb. Aku menjadi teringat pemandangan 7 tahun lalu, ketika aku menjadi salahsatu aktivis dakwah di kampus ini. tidak ada yang berbeda dengan nuansa kampus ini, tidak ada yang berubah dari masjid kampus ini, masih sama, masih sejuk dan menimbulkan sebuah kenangan indah atas perjuangan dakwah aku dan kawan-kawanku ketika masih mahasiswa.

Siang itu, adzan dzuhur tiba, "Hayya 'alaa Sholaa" begitulah pekikan muadzin ketika aku melepas tali sepatu ku. Terdiam sejenak mencoba melihat sekeliling tempat penitipan, segerombolan orang hilir mudik tergesa-gesa menuju kedalam masjid, mereka berjalan menunduk dan dengan langkah sigap, seakan-akan ketinggalan kereta terakhir di stasiun. Mereka bahkan rela membuang makanan yang mereka sedang bawa demi meraih keutamaan Rukun Islam ini. toko pun menutup gerai mereka dan memasang tulisan besar berwarna merah "TUTUP 10 MENIT, SEDANG SHALAT"
di depan pintu toko-toko yang menjadi bagian terintegrasi dari masjid kampus ini.

Aku mencoba berpikir apa yang terjadi, 7 tahun sejak aku berpisah dengan kampus ini dan meraih pendidikan Master ternyata telah membuat sebuah nuansa berbeda, tapi aku mencoba berpikir kembali "mungkin ini dampak ramadhan yang baru usai pekan lalu". Kutitipkan sepatu puma berwarna coklat milikiku, ke penitipan sepatu.

Berjalan kembali diriku untuk mengambil air wudhu, "laa ilaaha illalallahu. ." a
dzan pun usai, lantai keramik putih itu sudah diganti sepertinya, dengan lantai yang lebih kokoh, Basuhan wudhu terakhir ku ke jari kaki kelingking bersamaan dengan bunyi microphone yang sedang di nyalakan, aku pun bergegas menaiki tangga masjid untuk mengikuti Shalat zuhur ini.
Terperanjat diriku melihat pemandangan yang hampir tidak bisa aku bayangkan 7 tahun silam, jamaah zuhur sangat berlimpah, hingga ke koridor masjid, balkon lantai tiga dipenuhi muslimah-muslimah yang juga dengan rapat menjaga keutamaan shaff berjamaah. Aku berpikir, kawan, mungkin itu mengapa banyak mahasiswa yang terburu-buru menuju masjid, saat ini, hukuman bagi mahasiswa yang telat hadir shalat berjamaah adalah tidak mendapatkan shaff pertama. Subhanallah, kuulangi kawan, hukuman yang mereka khawatirkan jika telat bergabung dalam shalat berjamaah adalah tidak mendapat tempat shalat di shaff pertama.

Aku pun terpaksa shalat di koridor  masjid, siku-ku sangat dekat dengan tembok pembatas, karena jamaah mencoba mengisi setiap millimeter ruang yang ada dengan baik. Sebuah kebiasaan yang ditempa di masjid kampus ku, teringat saat masih kuliah dulu, imam masjid tidak mau memulai jika shaff tidak kunjung rapat.

"rapatkan shaff shalat, ujung kelingking menempel kelingking sebelahnya dan tumitnya digaris. Pastikan shaff rata dan lurus.Penuhi dahulu shaff terdepan, pastikan tidak ada celah yang ada, shaff selanjutnya dimulai dari tengah. Rapatkan dan luruskan"

Kata-kata rutin yang senantiasa di ulang, dan tanpa sadar aku pun melakukan hal yang sama jika menjadi imam shalat.
Shalat pun dimulai, hening, tenang, tidak ada suara pedagang, tidak ada klakson mobil atau motor, yang ada hanya kicauan burung dan hembusan angin yang membuat sengatan matahari tak terasa pedihnya. Sesekali aku mendengar hentakan kaki pria dewasa yang tergesa-gesa bergabung dalam jamaah; sial aku telat, mungkin itu kata-kata yang ia ucapkan dalam hati, meratapi dirinya yang gagal mendapat shaff pertama.

"Assalamualaikum warahmatullah" imam mengakhiri shalat dengan salam yang menggetarkan hati, terasa dalam suaranya ia enggan berhenti dari suatu momen untuk berkomunikasi dengan Rabb. Zikir dan do'a aku lantunkan dalam hati setelah salam ku, seperti biasa aku menutup mataku dalam do'a setelah shalat. Tidak melihat situasi sekitar. Sekitar 5 menit lamanya aku mencoba mencurahkan isi hati ku pada Allah, mengucapkan syukur karena diizinkan kembali ke kampus ini, tempat aku belajar dan mengenal dakwah Islam.

"Alhamdulillah" , kalimat tahmid ini menutup do'aku seraya membuka kelopak mata dan bergegas mengambil kacamata. Kulihat
kanan dan kiri, dan lagi-lagi aku terkejut dengan pemandangan yang aku lihat lagi saat ini, koridor masih penuh jamaah, hanya sebagian yang telah meninggalkan masjid, dan kulihat di shaff belakang ada rombongan jamaah kedua yang menjalankan shalat, aku yakin mereka bukan telat datang, akan tetapi kapasitas masjid yang terbatas memaksa mereka harus shalat di kloter kedua ( istilah yang kami buat saat masih mahasiswa ).

Aku melihat kedepan, seorang lelaki berkemeja warna putih, dan dipadu dengan celana hitam sedang membaca Qur'an dengan baik pastinya anak FKIP. Di belakangku, tampak mahasiwa Teknik, yang bisa aku di identifikasikan dari kemeja hitam yang bertuliskan Civil Enginering dan  jeans hitam yang dipakai, ia sedang sibuk membaca Qur'an.

Diseberang sana, di dalam ruang utama, ada beberapa orang bercelana  hitam dan di padu dengan kemeja dan baju koko, serta berjenggot tipis, kader dakwah ini pastinya , aku tersenyum dalam hati. Mereka sedang mengecek hafalan Qur'an dan  ngisi kajian.
Indahnya kawan, sangat indah, tiba-tiba aku masuk dalam ruang fantasiku, aku membayangkan, bukan, aku menjadi teringat diriku sendirian di ruang utama masjid kampusku, tak banyak orang saat itu, aku mati-matian menghafal an-nur  55 sendirian, karena sorenya aku harus menyetornya ke musrip ku, kejadian itu kalau tidak salah ketika semester 1.

Allahu akbar yaa Al Aziz, lantutan ayat-ayat mu saling sahut menyahut, saling di lantunkan di masjid ini, di masjid kampus yang akan mencetak banyak sekali pejuang-pejuang peradaban masa depan.

Aku beranjak setelah membaca mushaf ku sekitar 2 halaman, kebiasaan yang sejak kuliah aku coba bangun. Pukul 12.30 saat itu, aku beranjak mengambil sepatu ku, dan berjalan menuju fakultas, dan melihat time planing di HP ku, ;

12..45 ; bertemu ketua prodi S-1 Elektro

16.00 ; afternoon keliling kampus

19.30 ; bertemu aktifis dakwah kampus / sarasehan and dinner ( masjid kampus )

Tiga agenda ini akan mengisi hariku di kampus penuh kenangan dan romantika hidup yang tak tergantikan.

Langkah ku menuju gerbang utama kampus disambut dengan baliho besar kegiatan-kegiatan mahasiswa.
Tiga baliho di sebelah kanan dan empat baliho di sebelah kiri gerbang utama. Tertera di sana beberapa kegiatan; symposium energy nasional, student entrepreneur expo, kolaborasi seni nusantara, enginering expo, seminar nasional, penyambutan mahasiswa baru oleh lembaga dakwah kampus,
Training, dan sebuah pengumuman resmi dari rektorat. Kupandangi satu per satu baliho megah ini. lagi-lagi terlintas memori mendirikan dan memasang baliho ditengah hujan dengan kayu yang seadanya dan alat seperlunya.

Sambil berjalan aku mendengar percakapan mahasiswa mahasiswi yang berpapasan denganku ;
"alhamdulillah, UTS ku dapat 95" ucap seorang mahasiswa tingkat 1
"Besok Quiz, aku harus shalat tahajud malam ini" bisik seorang mahasiswi ke sahabatnya

"waa, barokallah, senangnya ya sidang lulus" di iringi senyum menawan yang ikhlas dari seorang mahasiswi

"nanti malam halaqoh  jam berapa ?" Tanya seorang mahasiswa kepada temannya

"eh katanya besok sabtu ada mabit yah di masjid kampus" seorang mahasiswa sedang menelpon temannya


"assalamualaikum ukhti, gimana tilawahnya hari ini?" dua orang mahasiswi berjilbab saling bersalaman dan saling menyapa ramah

"bro, udah hafal juz 30 belum ? pekan depan harus
setoran nih" seorang mahasiswa memotivasi sahabatnya

Lagi-lagi
Aku termenung dalam langkah, gila ini kampus, macem pesantren aja pembicaraannya. Tidak ada gossip, tidak ada cacian ke dosen, tidak ada pembicaraan tidak berbobot, tidak ada kata-kata kotor dan tidak ada raut muka jarang shalat rupanya.

Aku tersenyum dalam perjalanan ku, mengucap rasa syukur yang mendalam kepada Allah; ya Rabb, sungguh indah janjiMu, terima kasih atas pertolongan yang Engkau berikan kepada kampusku ini.

Aku terus melangkah ke dalam kampus, langkah pelan namun pasti sambil mengamati perubahan demi perubahan yang terjadi selama 7 tahun ini. tiba-tiba pundakku di tabrak seorang mahasiswa yang sedang mendengarkan music melalui iPod dan tak sengaja terlepas earphone nya, , lalu terdengarlah lantutan Qur'an dari iPod mahasiswa
itu permisi, afwan, saya sedang menghafal musik yang saya dengar" begitu kata mahasiswa tersebut dengan rendah hati. Dalam hati aku menjawab, musik atau ayat Qur'an!. Kawan, jika kamu melihat mahasiswa yang menabrakku ku tadi, pasti kamu tak akan menyangka pria ini sedang menghafal Qur'an, tidak tampak dari nya sosok aktifis dakwah yang selama ini kita kenal dan gemar menghafal Qur'an. Dan aku berkata kembali dalam hati, subhanallah, kalau mahasiswa biasanya aja menghafal Qur'an bagaimana para kader dakwahnya, pada hafidz mungkin yah?.

Gerombolan muslimah berjilbab dan yang berjilbab aku lihat di sebelah kiri pandanganku, mereka berjalan bersama dan saling bercerita bahagia satu sama lain, sepertinya para muslimah berjilbab sudah bisa merangkul para muslimah yang belum berjilbab. Dalam gerombolah itu tampak, perempuan berambut pirang, seorang lagi dengan rok serta atasan kemeja dengan rambut yang tampak sehabis di re-bonding, seorang lagi perempuan tomboy, aku bisa mengenalinya karena rambutnya yang seperti cowo, dan seorang lagi perempuan berpakaian seadanya, tapi ia tampak paling antusias mendengar kawannya yang berjilbab lebar bercerita.

Di sekitar selasar mesjid, aku melihat sekitar delapan kelompok halaqoh sedang duduk melingkar. Ada kelompok yang tampaknya memiliki musrip yang sangat semangat, aku tertawa melihatnya, anggota kelompok halaqoh tampak serius memperhatikan sang musrip menjelaskan.Di sisi lain ada kelompok yang tenang, dan ditengah nya tersedia molen(jenis gorengan) sebagai pengikat halaqoh mereka, disisi lain, ada kelompok yang sedang nyetor hafalan ayatnya.

Di lain sudut ada kelompok muslimah yang menjalankan halaqoh, tampak musripah yang lembut sedang memberikan nasehat kepada anggota halaqohnya. Tidak ada satupun darinya yang mengenakan jilbab, hanya musripah nya saja.

Aiih, sungguh indah pemandangan ini, apalagi jika kawan perhatikan apa yang
saya lihat, beberapa mahasiswa duduk-duduk di bangku taman sambil membaca Al Qur'an, sebagian membaca buku dengan serius, ada pula yang tiduran di bangku taman sambil murajaah hafalannya. Serta ada sebagian lain yang berdiskusi serius satu sama lain.
Hingga tibalah aku ke gedung perkuliahan ku yang dulu, rupanya masih sama, bangunan tiga lantai. Sebelum menaiki tangga menuju ruang kepala program studi, aku mengintip ruang kuliah yang berada tepat dilantai 1, ruang kuliah berkapasitas 80 orang itu tampak sama dari segi fisik, tapi aku merasakan ada hal yang beda saat itu, aku mencoba berpikir, kawan, apa yang beda ?

Ternyata memang beda, mahasiswa dan mahasiswi tidak lagi duduk bercampur, mereka terpisah oleh jarak sekitar satu bangku, mahasiswa di sebelah kanan dan mahasiswi di sebelah kiri. Mereka semua sibuk mencatat dengan menggunakan laptop yang mereka miliki, memperhatikan dosen yang dengan semangat menjelaskan bagaimana politik dapat mempengaruhi perencanaan suatu wilayah.

Tampak oleh ku, papan tulis itu dihiasi dengan lafadz basmallah di bagian atas tengah. Sesekali sang dosen mengaitkan apa yang ia sampaikan dengan ayat yang ada pada Al Qur'an. "perencanaan ini adalah sebuah keharusan bagi sebuah negara, walau ada ilmuwan yang berpandangan, doing nothing is planning, tapi Allah pernah berfirman dalam Ar Raad ayat 11 bahwa Ia tidak akan mengubah keadaan sebuah kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubahnya, . Jadi jika perencanaan itu tidak dilakukan, maka sama saja kita anti perubahan" begitulah ungkap dosen tersebut dengan intonasi yang membuat setiap orang memperhatikannya, dan membuat jentik jemari kita siap siaga untuk mencatat setiap kata yang terlontar dari mulutnya.

Aku melihat ke sekitar gedung ini, kuingat bahwa di situ ada secretariat BEM fakultas ku, kucoba menghampiri dengan rasa ingin tahu, perubahan apa yang telah terjadi.
Memasuki ruang BEM, aku mendengar seseorang sedang melantunkan Al Qur'an, kulihat sekeliling, ada yang sedang mengerjakan tugas, ada yang sedang rapat kaderisasi. Aku mendengar bahwa mereka sedang menyusun kurikulum kajian agama untuk di masukan dalam sistem kaderisasi mahasiswa baru. Bahkan, taukah kamu kawan, ada seorang peserta rapat menyeletuk, "gimana kalau kita buat standar ibadah harian untuk para peserta kaderisasi yang muslim".

Tak berlama-lama aku mengabiskan waktu di BEM, sudah pukul 12.45, aku harus bergegas ke ruang ketua program studi. Setiba aku ke ruang ketua program studi aku disambut bak anak yang kembali dari perantauan. Kita berbicara sejenak mengenai disertasi S-2 ku yang mendapat hasil  memuaskan."sudah bapak bilang, mahasiswa SULTRA  itu cerdas-cerdas, sungguh kamu buat bapak bangga. Pembicaraan berlanjut tentang kondisi keislaman kampus, beliau lagi-lagi berkata "saya juga sangat senang dengan kondisi Islam di kampus sekarang ini, para aktifis dakwah nya adalah yang terbaik secara akademik di kelas, hampir seluruh asisten praktikum di isi oleh orang-orang masjid itu, dan mereka juga cerdas. Tingkat mencontek di kelas turun drastis, mahasiswa menunjukkan hormatnya pada dosen.
Pembicaraan kami semakin menarik dan tak terasa sudah pukul 15.00, saya pun berpamitan dengan beliau, dan beliau pun juga harus mengajar pukul 15.30. "sekarang jadwal kuliah tidak boleh berbentrokan dengan jadwal shalat, ini kebijakan rektor baru" dalam hati aku berkata kembali, seperti nya pak rector sudah berafiliasi kepada Islam.

Aku kembali ke masjid kampus, dan melihat mahasiswa berjalan cepat menuju masjid, sangat banyak jumlahnya, seperti jamaah haji yang hendak melempar jumrah. Aku pun shalat ashar, dan setelah itu aku berjalan keliling kampus, lagi-lagi aku memperhatikan tingkah laku mahasiswa yang ada disana. Ada kumpulan mahasiswa sedang rapat dalam bentuk melingkar, akan tetapi ada batas antara pria dan wanita. Aku melihat sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang berpapasan, mereka saling menyapa tapi tidak bersentuhan satu sama lain. Sepertinya budaya salaman berlawanan jenis sudah tidak popular lagi.

Di seberang sana, Lapangan bola pun tampak ramai, ada yang berubah kawan, bukan lapangannya, tapi para pemain bola mengenakan celana di bawah lutut, bukan celana panjang memang, tapi aku yakin aurat mereka telah tertutup.

Tak lama kemudian, saya bertemu dengan presiden mahasiswa. Saya memperhatikan anak ini, pakaiannya casual, paduan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang, aku menilik ke dalam saku kemejanya, ada mushaf kecil di dalamnya. Subhanallah, presiden mahasiswa kampusku seorang yang dekat dengan Qur'an. Kami pun berbicara tentang berbagai hal, dimulai dari kenalan singkat, pembicaraan mengenai kisah mahasiswa dan perjuangannya masa lalu, dilanjutkan dengan kondisi saat ini, dan pada bagian ini ia bercerita dengan semangat.

"kampus ini sekarang bisa dikatakan tiada hari tanpa kajian, ya karena hampir setiap hari ada lembaga dakwah kampus yang mengadakan kajian. Mahasiswa pun sudah menyadari perannya dan kapasitasnya dalam kontribusi kepada masyarakat.. Saat ini Indonesia bisa merasakan manfaat kemahasiswaan dengan nyata" ia bercerita dengan bangga dan menggebu-gebu. Aku pun terbawa oleh arus kisahnya itu, sangat membanggakan memang.

"mahasiswa pun sudah tersadari bahwa Agama adalah suatu yang integral dengan kehidupan sehari-hari. Para ketua himpunan dan unit saat ini pun juga mempunyai kajian khusus untuk mereka, isinya di sesuaikan dengan kebutuhan mereka sebagai pemimpin". Sepertinya lembaga dakwah kampus sudah berhasil menanamkan nilai Islam dengan baik.
Magrib pun tiba, masjid kampus menjadi tempatku berteduh kembali, setelah ibadah magrib, aku kembali membaca mushafku. Ternyata aku tak sendirian membaca Al Qur'an saat itu. Mahasiswa sepertinya mengalokasikan waktu diantara magrib dan isya untuk memaksimalkan interaksi dengan Qur'an, kebanyakan dari mereka tilawah dan murajaah. Tidak banyak yang meninggalkan masjid untuk makan malam atau pulang ke kost.Mereka benar-benar telah memilih untuk mengisi waktu diantara shalat ini untuk mengisi kembali semangat mereka dalam beraktifitas dengan cara yang sangat mulia,
berinteraksi dengan Qur'an.

Isya berkumandang, aku pun shalat berjamaah kembali, sungguh nikmat hari ku ini. setelah sekian lama berkelana demi gelar Masterku aku akhirnya bisa merasakan Shalat berjamaah empat kali di kampus ku, dengan bacaan imam yang panjang nan merdu, membuat para jamaah hanyut dalam do'a dan komunikasi kepada Allah. Seperti sendiri di
padang pasir, tak ada yang melihat, hanya aku dan Rabb ku, sangat terasa menggetarkan hati setiap untaian ayat yang diucapkan imam.

Fabi ayyiaa laa irabbikumaa tukadzibaan, lantutan Ar Rahman ini membuat separuh jamaah menangis, aku rasa mereka mahfum terhadap makna dari ayat ini. Shalat Isya pun usai, dan aku mempersiapkan diri untuk janjiku yang terakhir hari ini..

Tak lama setelah shalat rawatib , pundakku ditepuk dari belakang, "Ustad Rizal, bagaimana kabarnya, pertemuan kita di sekretariat saja dilantai dasar, teman-teman sudah menunggu "

 Aku masuk sekret dan bersalaman dengan sekitar delapan pengurus lembaga dakwah kampus lainnya. Aku mencoba melihat sekeliling, ada beberapa piagam mengisi pelatihan, dan aku memperhatikan dengan seksama buku dalam rak buku yang tersusun rapih, aku melihat buku-buku tulisan teman2ku dulu tentang dakwah kampus masih di simpan dengan baik di rak itu. Romantika masa lalu, aku pun teringat pada kawan-kawan seperjuangan ku di kampus, 4,5 tahun di lembaga dakwah kampus membuat aku memiliki cukup modal untuk berjuang melewati dunia nyata.

Pertemuan malam itu dengan kawan-kawan dari lembaga dakwah kampus adalah sebuah kenangan tersendiri bagi hidupku kawan, aku seakan 7 tahun lebih muda, aku seakan memasuki suatu dunia khayal baru, ketika mereka menceritakan kesuksesan mereka. Rencana besar mereka yang akan menjadi tuan rumah international Islamic student conference tahun depan, lalu mereka memperlihatkan suatu sistem memuat controlling 600 kelompok halaqoh di kampus , mereka juga dengan bahagia memperlihatkan dokumentasi acara mereka yang selalu di hadiri banyak mahasiswa.saya jadi teringat dengan perjuangan teman-teman dalam menyukseskan Kongres Mahasiswa Islam Sultra dan Agenda Konferensi lain nya.

Malam itu sangat indah kawan, dan kalimat terakhir dari mereka sebagai ungkapan perpisahan malam itu dan ucapan selamat datang kembali bagi saya.

"ahlan wa sahlan Ustad Rizal, kami harap kita bisa membuat legenda dakwah kampus bersama"

Ya kawan, kita akan selalu berjuang bersama, Kita akan buat legenda kita bersama
Ini adalah mimpi ku kawan, bukan khayalan belaka tetapi sebuah cita-cita mulai.

Kawan, apakah kamu bisa merasakan keindahan yang kurasakan ? rasakanlah kawanku, rasakan keindahan ini.

kapan kita melihat dan merasakan buah dakwah kita
datang dan mendekatkatlah saudaraku dakwah ini akan selau menunggu mu
impian ini tetap menguatkan kita mari berazzam dan bersatu.
Yes “DREAMS COME TRUE”

Bukan Cinta Biasa II (Muhammad Halim Assad)



Kota Kendari terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Aku dan Pak Rahman segera melesat meninggalkan wisma. “Kemana nih kita” tanya Pak Rahman padaku. “Kita cari makan dulu pak, habis itu baru saya ceritakan hal yang ingin saya konsultasikan nanti”. “Makan diwarung mie pangsit aja yah pak,kebetulan ada teman saya yang kerja disana siapa tau dikasih gratisan”. “Terserah kamu aja” kami terus menyusuri jalan yang tampak ramai, mencari warung tenda yang biasanya buka dimalam hari. “Dimana nih mau ceritanya, gimana kalau di kost mu aja”. tanya Pak Rahman setelah selesai makan. “Jangan di kost saya pak, kost saya suasananya ga mendukung, apalagi ada banyak orang disana”. “Atau kita balik lagi ke wisma” saran Pak Rahman lagi. Tapi wisma juga ada dosen-dosen yang lain, atau gini aja kita nyantai di sekitar wisma aja, disana kan ada kursi panjang, nah disitu aja”. “Ok deh Pak” kupikir saran Pak Rahman Bagus juga, dari pada bingung-bingung.
“Jadi apa nih yang mau di konsultasikan” Pak Rahman membuka pembicaraan. “Permasalahan ini sebenarnya sudah lama saya alami, tapi tadi malam saya merasa masalah yang saya alami ini semakin rumit saja, ibarat suatu penyakit mungkin ini bisa dikatakan sudah sangat parah atau kronis, oleh kerena itu saya merasa harus segera ditangani oleh dokter yang tepat, dan menurut pandangan saya, bapaklah orang yang menurut saya paling tepat itu, tapi saya bingung mulai dari mana ceritanya ” jawabku panjang lebar. Hatiku berdebar-debar. “Kalau boleh bapak tahu tentang persoalan apa” tanyanya hati-hati, suaranya mampu meneduhkan perasaanku sedang kacau. Ku ceritakan apa yang ku alami tadi malam. “Saya merasa diri saya betul-betul kesepian, saya merasa saya betul sendirian, saya butuh seseorang yang bisa menjadi tempat saya berbagi. berbagi masalah, berbagi suka dan duka, dan disisi lain saya punya prinsip saya tidak ingin pacaran, saya ingin sebuah hubungan yang di ridhai oleh-Nya, saya hanya ingin menikah, akan tetapi untuk menikah sekarang saya belum siap. Saya mencintai seseorang, sudah lima tahun saya menyukainya, Tapi entah kenapa saya sama sekali tidak bisa melupakan dia. Saya tidak bisa berhenti memikirkannya. Saya bingung harus bagaimana”. “Siapa dia, apakah dia mahasiswi kampus ini, dan apakah dia sudah tahu bagaimana perasaanmu kepadanya” tanya Pak Rahman.
“Namanya Zahra pak, dia bukan mahasiswi kampus ini, dia sekarang kuliah di Universitas ternama Makassar. Saya kenal dia waktu Sekolah SMA dulu, dia teman sekelas saya, orangnya cantik, cerdas, dan sholehah, dan menurut saya belum ada wanita yang mampu membuat saya jatuh cinta seperti saya jatuh cinta padanya”. “saya tahu bahwa sekarang dia belum menikah, ada keluarga saya yang juga kuliah disana. biasanya saya menanyakan tentang dia melalui sepupu saya tersebut. tapi terus terang pak, saya tidak ingin pacaran, saya hanya ingin hati menjadi tenang kembali, lagi pula kuliah saya baru semester 7, rencananya saya ingin menikah kalau saya sudah lulus kuliah.
“Bapak ingin cerita kisah cinta bapak, kamu mau mendengarnya” “Iya pak, saya siap mendengarkannya” “Dulu waktu bapak masih sekolah di Madrasah Aliyah, Bapak sempat punya pacar, bahkan bukan cuma satu orang, tapi dua atau tiga orang, bapak terpengaruh oleh teman-teman bapak, kalau ga punya pacar biasanya di olok-olok teman. Akhirnya bapak punya pacar juga, tapi pacaran yang bapak lakukan hanyalah agar tidak dikata-katai oleh teman-teman bapak. Bapak sadar apa yang bapak lakukan bukanlah berdasarkan keinginan hati bapak, bapak merasa apa yang bapak lakukan bertentangan dengan hati nurani bapak. Akhirnya sebelum bapak berangkat ke luar negeri, bapak putuskan secara baik-baik cewek-cewek bapak itu”. “Di Syria bapak juga pernah mau dijodohkan dengan seorang muallaf asal Syria, mereka orang-orang Syria lebih percaya kepada mahasiswa Indonesia daripada mahasiswa Syria. Dalam pandangan mereka orang Indonesia dibandingkan orang lokal sana ada keistimewaannya, diantaranya adalah, mereka yang belajar keluar negeri untuk mempelajari ilmu agama adalah mereka yang istimewa. mereka mau berangkat jauh-jauh dari indonesia kesini untuk menuntut ilmu agama”. Mereka berharap para muallaf tersebut bisa dibimbing oleh orang-orang yang punya kecintaan terhadap ilmu. dan konsekuen menerapkan ilmunya, Tapi orang tua bapak tidak setuju”. “Ngomong-ngomong, umurmu sekarang berapa?” “22 tahun pak” “Boleh bapak lanjutkan ceritanya” “Saya akan dengarkan” Setelah lulus dari Syria bapak melanjutkan kuliah ke Madinah, Baik di Syria maupun di Madinah, dua-duanya dibiayai dengan uang beasiswa. di Syria bapak Lulus dengan predikat Mumtadz, begitu pun di Madinah. “Nah setelah lulus, bapak langsung dikenalkan dengan ibu ketua kampus ini, bapak di minta mengajar. bapak sudah berniat untuk mengamalkan ilmu yang bapak peroleh di luar negeri tersebut di tanah air, walaupun disana bapak juga mendapat tawaran untuk melanjutkan S3 bapak, dengan biaya ditanggung pemerintah Madinah, di sana bapak banyak kenalan dengan orang-orang KBRI, kadang bapak di minta untuk menjadi Bodyguard yang kerjanya menemani pejabat-pejabat di sana. atau terkadang menjaga tempat kediamannya, ya kalau dilihat fostur tubuh bapak memang cukup pantas untuk tugas itu, kepandaian bapak dalam bahasa arab menunjang pekerjaan bapak, kerena yang datang kerumah para pejabat-pejabat itu bukan sekedar orang indonesia saja”. “Umur bapak sekarang 28 tahun, orang tua bapak ingin sekali bapak menikah.
Kamu tahu siapa yang menjadi pilihan bapak untuk menjadi pendamping bapak”. Aku menggeleng, Bapak sudah musyawarah dengan orang tua bapak. Bapak sudah menanyakan apa ada calon yang ingin orang tua bapak ajukankan untuk bapak pertimbangan, bapak merasa orang tua punya hak untuk mengajukan siapa yang akan menjadi pendamping kita. Orang tua bapak menyerahkan semuanya kepada bapak, yang penting wanita tersebut adalah wanita yang sholehah, pesan beliau kepada bapak. “Wanita yang menjadi pilihan bapak, kalau dilihat dari kecantikannya, wajahnya biasa-biasa saja” dia tidak cantik secara fisik, bapak mencintainya kerena dia adalah wanita yang sholehah, dia adalah anak dari kyai di pesantren tempat bapak belajar dulu. Bapak ingin menjadi hadiah baginya, Pendidikannya juga hanya Madrasah Aliyah. Raut Wajahku berubah mendengar pilihan Pak Rahman, mengingatkanku siapa diriku. Aku begitu menuntut yang sempurna, padahal siapalah diriku, apalah kelebihanku. sedangkan Pak Rahman Seorang pemuda yang cerdas, Lulusan luar negeri, punya pekerjaan yang mapan, dan kelebihan-kelebihan yang lainnya, memilih seorang wanita yang wajahnya biasa-biasa saja, tanpa terasa ada yang menggenang dikedua mataku, kemudian air mataku jatuh satu persatu membasahi pipiku. Aku betul-betul terharu. ”Saya tidak sanggup seperti bapak” lirihku sambil berusaha menyembunyikan air mataku. “Saya masih belum bisa mencintai wanita yang tidak cantik, wanita yang sekedar sholehah saja. Jika yang cantik memilih yang tampan, dan sebaliknya semua yang tampan memilih yang cantik, kapan mereka punya kesempatan untuk memperbaiki keturunan, jawab
ku sambil bercanda. Mereka yang sholehah namun tidak di anugrahi kecantikan oleh Allah sebenarnya mereka juga berharap mendapatkan pasangan yang tampan, terkadang mereka tidak percaya diri, mereka merasa minder, nah bapak bermaksud menjadi hadiah bagi mereka. Mereka Sholehah, Qanitat, dan Khafizat. Jika bapak memilih wanita hanya kerena kecantikannya saja bapak malu kepada Allah, bapak selalu mengingatkan orang-orang agar dalam memilih jodoh selalu melihat aspek agama sebagai hal nomor satu yang harus dipertimbangkan, nah kalau bapak sendiri memilih yang cantik. Apa kata dunia. Lagi-lagi beliau tersenyum. “Dan pesan bapak, sebelum kita mengharapkan seorang wanita yang sholehah maka hendaklah kita berkaca diri, sejauh mana kualitas diri kita, jika kita adalah laki-laki yang sholeh maka yakinlah bahwa kita akan mendapatkan wanita yang sholehah pula. Sebagaimana firman Allah yang artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang keji (pula) dan wanita yang baik-baik adalah untuk laki-laki yang baik-baik dan laki-laki yang baik-baik adalah untuk wanita yang baik-baik (pula)…… (An Nuur: 26) Bacaan Al Qur’annya begitu fasih. Aku semakin merasa diriku kecil.
“Jangan seperti debu yang merasa seperti gunung” nasehatku dalam hati. Selain ayat di atas ada hal yang perlu kamu ketahui, ada tiga tangga menuju pernikahan, 3 Si, Si yang pertama adalah Koleksi, Si yang kedua adalah Seleksi, dan Si yang terakhir adalah Resepsi, Ketika kamu belum siap untuk menikah maka kamu hendaknya hanya menapaki tangga pertama yakni koleksi, kamu berhak mengenal seorang wanita yang menurutmu cocok untukmu, bahkan bukan Cuma satu orang, dua atau tiga juga tidak apa-apa, tapi ingat belum saatnya bagi kamu untuk mengutarakan perasaanmu, kerena kamu belum siap untuk menikah. Ketika kamu sudah siap menikah maka kamu boleh menapaki tangga kedua yaitu seleksi, memilih siapa diantara mereka yang kamu pikir pantas dan sanggup mendampingi hidup, jika diantara mereka ada yang menolak masih ada yang lain, kalau kamu memang sudah siap menikah nantinya bapak do’akan kamu supaya mendapatkan yang terbaik menurut Allah. Nah Si yang ketiga adalah Resepsi, bapak yakin kamu sudah mengerti. “Dan mengenai apa yang kamu alami tadi malam, pasrahkan seluruh perasaanmu kepada Allah, kembalikan hatimu kepada satu-satunya yang berhak kita cinta yaitu Allah, hatimu telah menduakannya,”.
Aku baru sadar ternyata aku terlalu berlebihan dalam mencintainya, bahkan melebihi cinta kepada Allah, Buktinya aku tidak bisa tenang walaupun hatiku juga mengingat Allah. “Hati itu ibarat sebuah kursi, apabila sudah terisi dengan Allah maka yang lain tidak akan bisa mendudukinya, tapi apabila kursi itu sudah terisi dengan yang hal-hal yang lain. maka Allah pun akan tersinggirkan. di dunia ini,hanya ada dua pilihan yaitu baik atau buruk. Apabila terisi dengan kebaikan maka keburukan yang akan menyingkir dan begitu pula sebaliknya. pilihan ada di tanganmu.
“Bagaimana perasaanmu sekarang”
“Alhamdulillah pak, Hati saya sudah merasa tenang, saya benar-benar mendapat pencerahan malam ini, rupanya Allah menguji saya dengan kejadian semalam agar saya memahami makna cinta yang sejati"
” Cinta yang didasarkan benar-benar kerena-Nya. Seperti apa yang bapak jelaskan.