Kamis, 25 April 2013

"A Great Lady in the Battle of Jalalabad"



Muslimah Inspiration Rubric:
 “Kisah ini adalah kisah nyata tentang seorang Muslimah Arab (seorang ibu) yang kemudian menjadi seorang Mujahidah hebat di Afghanistan demi membela Agama AlLah ketika Uni Soviet  menjajah tanah Khurasan, Afghanistan. “
***
Aku tinggal di Makkah, rumahku sangat dekat ke Baitullah. Terlalu dekat sehingga kami dapat mendengar Adzan sangat jelas. Aku terinpirasi oleh Barat dan jatuh menjadi korban propaganda mereka. Seperti halnya orang-orang Arab lainnya (orang Arab yang terjebak dalam kelalaian -baca), aku tetap tuli terhadap tangisan manusia yang tertindas.
Aku mengagumi style orang kafir Barat. Setelah menyelesaikan pendidikanku, aku mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan penerbangan dan aku memutuskan untuk tinggal di London. Setelah beberapa waktu, aku kembali untuk menikah. Aku sibuk dalam mempersiapkan pernikahan pada saat temanku memberitahuku bahwa pertempuran antara Islam dan Kufur telah dimulai di Afghanistan dan Soviet (Rusia) telah datang dengan semua kekuatan mereka untuk memadamkan cahaya agama Allah. Soviet membunuh dan merampok. Pada saat itu telah datang bagi kaum Muslimin untuk bersatu dan memerangi kekuatan kafir ini dan bersiap untuk Jihad fi SabililLah. Aku terkejut mendengar kata-katanya. Aku telah buta dengan kemewahan dan pertempuran melawan orang-orang kafir bertentangan dengan pikiranku secara total. Bangsa yang telah menunjukkan kepada kita jalan kemajuan mengapa kita harus memeranginya? Aku mengatakan kepada teman Mujahid-ku, mungkin kau telah marah?. Aku kembali ke rumah dan mengatakan berita ini kepada ibuku.


Ketika aku menceritakan pada ibuku, aku memandang wajahnya. Aku terkejut melihat ia menangis. Aku bertanya kepadanya mengapa ia menangis. Ia mengatakan kepadaku dengan sedih: For Allah's sake take me to Afghanistan I want to be martyred in the way of AlLah. “Demi Allah, bawa saya ke Afghanistan, saya ingin menjadi syahidah di jalan AlLoh”. Kalimat ibuku itu seperti petir menyambarku. Aku merasakan kemuakan yang kuat dalam diriku sendiri. Wajah-wajah para ibu yang begitu banyak yang telah menjadi korban penindasan oleh orang-orang kafir karena kelalaianku mulai terbayang-bayang di mataku. Aku dapat melihat tangan-tangan lemah mereka di dekat leherku. "Take me to Afghanistan" suara ibuku mengjejutkanku kembali. Aku berkata kepada ibuku tercinta :Dear mother you don't need to go there I am ready to sacrifice on your behalf, "Ibu sayang, kau tidak perlu pergi ke sana, aku siap berkorban atas namamu."
Ia menjawab dengan tegas, "Aku ingin melibatkan diriku sendiri."
Aku mendapati diriku tidak berdaya di hadapan ketegasannya. Kemudian kami memutuskan bahwa aku yang akan pergi ke sana pertama dan mengatur tempat untuk tinggal dan hal-hal lainnya dan kemudian kembali membawa ibuku. Ibuku sangat setuju.
Setelah sampai Pakistan, aku mengatur sebuah tempat untuk tinggal dan kembali untuk membawa ibuku bersamaku ke Peshawar. Aku menemukannya berada di rumah sakit dan menurut para dokter, ia berada di tahap akhir hidupnya. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku telah datang untuk membawamu untuk Afghanistan. Mendengar ini, arus listrik langsung mengalir di tubuhnya dan semua sakit itu menghilang.
The next day, aku terkejut melihat bahwa ibuku yang hebat menjual semua barang-barang dan perhiasannya untuk menginfakkannya kepada Mujahidin. Aku meninggalkan saudara-saudaraku menangis dan pergi bersama ibuku ke Peshawar. Saat tiba di Peshawar, ia pun semakin resah untuk mencapai medan tempur. Ketika aku meminta Amir untuk mengizinkan ibuku untuk berpartisipasi, ia (Amir) memutuskan untuk berbicara sendiri kepada ibuku. Melihat Amir, ibuku menjadi sangat-sangat gembira dan menyerahkan semua uang kepadanya. Amir mengatakan kepada ibuku bahwa itu cukup darinya dan pergi ke medan perang tidak sesuai untuknya. Ia (ibu) tidak berani menentang Amir tetapi ia menjadi amat sedih. Sehingga ia pergi dan aku tetap tinggal dengan niat tetap di front selama sisa hidupku.
Hanya dalam waktu singkat berlalu, aku diberitahu bahwa ibuku sangat sakit dan menangis setiap saat karena kecintaan terhadap kesyahidan dan bahwa ia mencapai Islamabad pada tanggal sekian dan sekian. Aku pergi ke Islamabad. Keadaan emosional ibuku telah menyeretku ke dalam kegelisahan. Ia berkata kepadaku bahwa saat ini ia datang untuk berkorban untuk kejayaan Islam dan tidak ada niat untuk kembali. Aku membawa ibuku itu ke front Jalalabad. Ibuku sangat bahagia sehingga air matanya tidak berhenti. Pada hari itu orang kafir pasti bergetar. Tangan-tangan lemah dari wanita tua ini Nampak begitu kuat.
Kami tiba di medan perang Jalalabad (salah satu kota di Afghanistan -red). Semua Mujahidin muda mulai meneriakkan slogan-slogan antusias karena melihat seorang wanita tua berperang demi kejayaan Islam. Beberapa momen tidak akan pernah dapat dilupakan. Mereka menjadi bagian dari sejarah.
Ibuku baru saja tiba di medan perang ketika musuh-musuh Islam mulai menembakkan mortir-mortir untuk memadamkan cahaya Islam. Mereka yang mengambil bagian dalam Jihad mengetahui bagaimana bahagianya momen seperti itu bagi seorang Mujahid. Jadi, Mujahidin membawa ibuku yang tua untuk melawan yang disebut "Super Power".
Ia meneriakkan Bissmillah dan AlLahu Akbar untuk menempatkan mortir di meriam dengan ucapan Takbir, ia akan menembakkannya kepada musuh. Lima jam ini bagaikan bencana bagi orang-orang kafir. Seperti biasa, pesawat-pesawat Rusia membalas dengan membom daerah itu dengan pesawat-pesawat mereka. Oleh karena itu, semua Mujahidin meninggalkan bunker mereka, tetapi wanita Mujahidah ini tetap berdiri di tengah medan pertempuran. Ia mengangkat tangannya untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'la, ‘Ya Allah, karuniakan aku kesyahidan”.
Dalam waktu yang sama ia berdiri di sana berdo'a untuk memohon kesyahidan. Kemudian ia berdo'a seperti ini, O' Allah! If you haven't written martyrdom in my fate then give me a wound in your way. I don't want to meet you without any signs of Jihad on the Day of Judgment (Ya Allah, jika engkau tidak menuliskan kesyahidan dalam takdirku maka berikan aku sebuah luka di jalanMu. Aku tidak ingin bertemu dengan-Mu tanpa bekas apapun dari Jihad di hari Kiamat).
Do'anya dijawab, dan wanita hebat ini mendapatkan hadiah cedera di jalan AlLah, ia kembali ke rumahnya dengan sangat bahagia, AlLahu Akbar!.(Intikam Alfonsine)
Source: Benefit of the Day Magz



Tidak ada komentar:

Posting Komentar