K
|
etika
persepsi seseorang berubah maka seketika itu pula sikap dia terhadap sesuatu
itu berubah mengikuti persepsinya
tersebut. selain dibentuk oleh pemikiran, persepsi juga dipengaruhi oleh
pandangan (opini) umum masyarakat. Sehingga, terkadang banyak persepsi-persepsi
yang salah malah dianggap baik ditengah-tengah masyarakat. Begitu pula
sebaliknya, banyak persepsi-persepsi yang benar malah dianggap buruk ditengah-tengah
masyarakat. ketika seseorang mempunyai persepsi yang positif terhadap sesuatu
maka dia akan bersikap mengikuti persepsinya tersebut, begitu pula sebaliknya.
Akan halnya dengan pembahasan
saya pada kesempatan ini. Tatkala masyarakat Indonesia mendengar kata
pembangunan ekonomi maka 90% masyarakat Indonesia akan menanggapi positif hal
tersebut. Sebab, diberbagai tingkatan pendidikan diajarkan bahwa pembangunan
ekonomi itu adalah untuk menuju Indonesia yang lebih baik dengan mewujudkan
kesejahteraan ekonomi. Benarkah bahwa pembangunan ekonomi yang digalakkan di
Indonesia dan berbagai
negara
berkembang lainnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi di negara
tersebut? Maka untuk mengetahui hal tersebut, kita harus membedah secara detail
teori-teori pembangunan ekonomi yang dipakai selama ini dan fakta-fakta
pembangunan ekonomi tersebut.
Memang benar bahwa kata “pembangunan”
dan “pembangunan ekonomi” itu mempunyai konotasi yang positif. Hal ini ditinjau
dari makna kata “pembangunan” itu sendiri. Akan tetapi tatkala pembangunan
ekonomi itu disusun secara sistematis mengikut pada ideologi (pandangan hidup)
tertentu maka pembangunan itu akan menjadi ambigu dan bersifat netral (bisa
positif dan bisa pula negatif), tegantung pada ideologinya. Jika ideologinya
benar, maka pembangunan itu akan diarahkan pada jalan yang benar pula dan
semata-semata untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Begitu pula sebaliknya,
ketika ideologinya rusak (tidak benar), maka pembangunan itu hanya akan
menimbulkan kemudharatan, kerusakan dan penderitaan. Tidak bisa dipungkiri
bahwa setiap negara mengadopsi ideologi tertentu untuk menjalankan
pemerintahannya. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi setiap negara akan
mengikuti mekanisme ideologi yang diadopsinya tersebut. Jika suatu negara mengadopsi
ideologi Kapitalisme maka pembangunan ekonominya harus sesuai dengan teori-teori
sistem ekonomi Kapitalisme. Mustahil suatu negara yang berideologi Kapitalisme tetapi
melaksanakan pembangunan ekonominya berkiblat pada sistem ekonomi Sosialisme atau
sistem ekonomi Islam. Begitu pula dengan negara-negara yang berideologikan Sosialisme,
dalam melakukan pembangunan ekonominya maka harus sesuai dengan teori-teori
system ekonomi sosialisme.
Semenjak
keruntuhan sistem Islam (Khilafah) di Turki pada tahun 1924 M dan setelah
runtuhnya system Sosialisme yang ditandai dengan hancurnya Uni Soviet pada
tahun 1989, maka ideologi (sistem) Kapitalisme menjadi satu-satunya ideologi
yang menghegemoni di muka bumi ini. Amerika Serikat Cs. (Inggris, Prancis,
dll.) dengan ideologi kapitalismenya menjadi adidaya baru dunia. Dan untuk
menjaga kepentingan negaranya agar tetap menjadi adidaya dunia dan menjadi
kiblat paradaban maka Amerika Serikat Cs. menyebarkan ideologinya tersebut
keseluruh penjuru dunia terutama kepada negara-negara berkembang. untuk apa?
untuk menjajah negara-negara tersebut agar mereka tunduk dan tetap berada di
bawah ketiak Amerika Serikat Cs. Dan tanpa menunggu waktu yang lama, akhirnya
misi Amerika Serikat berserta kawan-kawannya berhasil dan kapitalisme menjadi
ideologi yang memimpin dunia. Lantas, yang menjadi pertanyaan besar bagi kita,
mengapa kapitalisme diterima oleh bangsa-bangsa di dunia? Maka ada dua penyebab
yang membuat Negara-negara (yang terjajah) tersebut menerima ideologi Kapitalisme,
Yaitu:
1. Tidak ada pilihan alternatif
Hal
ini terjadi pada negeri-negeri
yang penduduknya mayoritas non muslim. Keruntuhan ideologi
Sosialisme membuat mereka tidak mempunyai pilihan lain selain
menerima ideologi Kapitalisme. Mereka tidak mungkin mengambil ideologi
Islam karena mereka sangat membencinya.
2. Imperialisme (Penjajahan)
Hal
ini terjadi pada negeri-negari
yang penduduknya mayoritas Muslim. Mereka (umat Islam) terpaksa menerima
ideologi Kapitalisme karena
Amerika Serikat menggunakan metode baku ideologi
tersebut untuk menyebarkan ideologinya di
negeri-negeri kaum Muslimin. Metode baku Kapitalisme
tersebut adalah Imperialisme (penjajahan).
Amerika Serikat menggunakan penjajahan untuk menundukan negeri-negeri kaum muslimin karena pasca runtuhnya Sosialisme banyak umat
Islam yang menuntut kembali penerapan syariat Islam dan samasekali tidak menghendaki penerapan ideologi apapun (selain Islam)
di negeri mereka. Maka tidak ada jalan lain bagi Amerika Serikat
untuk menundukan negeri-negeri
kaum Muslim yang telah terpecah belah selain melakukan
penjajahan. Penjajahan itu dilakukan secara fisik
(perang fisik) dan secara non fisik (tipu daya: politik, ekonomi, budaya,
pendidikan, dll.).
Negara
yang dijajah secara fisik adalah mereka yang tidak mau menerima konsep Amerika
Serikat Cs. (Kapitalisme) Dalam bentuk apapun seperti Afganistan dan Irak. Dan negara
yang dijajah secara non fisik adalah mereka yang terkena tipu daya negara imperialis
(AS) tersebut. Baik tipu daya itu melalui ekonominya, politiknya, budayanya,
pendidikannya maupun sektor-sektor lainnya, seperti Indonesia. Akan tetapi pada
kesempatan ini,
pembahasan saya fokuskan pada tipu daya mereka di sektor ekonomi untuk menjajah
negara berkembang (termasuk Indonesia). Penjajahan yang dilakukan Amerika
Serikat secara fisik membuat negara itu mendapat julukan “penjahat perang”
dari PBB. Oleh karena itu, saat ini Amerika Serikat tidak terlalu menggencarkan
penjajahan fisiknya, karena takut hal itu membuat negara-negara lain berang
terhadap mereka. Lantas, apa yang mereka gunakan untuk mempertahankan hegemoninya? Ternyata mereka saat ini fokus
pada model penjajahan Kapitalisme yang modern yakni “Developmentisme”. Mereka
menjajah atas nama pembangunan ekonomi. Skenario yang mereka mainkan sangat
lihai. Program pembangunan ekonomi yang mereka galakkan hanya ditujukan untuk negara-negara
yang sedang berkembang. mengapa? Karena pada dasarnya mereka (Negara yang
sedang berkembang) adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Mereka membuat skenario bahwa mereka sebagai negara maju
dan adidaya dunia ingin membantu negara yang sedang berkembang agar menjadi negara
maju pula. Tetapi, apa yang terjadi? ibarat api jauh dari panggang, pembangunan
yang mereka kampanyekan malah menjadi boomerang untuk negara berkembang.
Developmentisme (pembangunan) menjadi alat penjajahan mereka terhadap
negara-negara yang sedang berkembang. Dan tatkala ada masyarakat yang
mengkritik model pembangunan tersebut maka mereka merasionalkannya melalui teori-teori
ekonomi pembangunan (yang sebenarnya teori itu
berasal dari mereka sendiri). Sehingga para pakar ekonomi di negeri-negeri
yang terjajah malah mendukung pembangunan yang mereka galakkan karena pemikiran
(ekonom negeri tersebut) telah diracuni melaui dunia pendidikan tatkala mereka
menempuh pendididikan. mereka diajarkan teori-teori ekonomi pembangunan
tersebut, sehingga terbentuk persepsi yang positif terhadap model pembangunan
ekonomi barat. ada 2 teori ekonomi pembangunan yang sering mereka (AS) gunakan
untuk merasionalkan penjajahan mereka (yang berkedok pembangunan ekonomi),
yaitu:
1. The stage of growth theory
Teori ini berasal dari seorang pakar
ekonomi pembangunan barat (ekonom kapitalis) yang bernama W.W. Rostow. Dalam
teori ini menyatakan bahwa masyarakat di negara-negara
berkembang itu adalah masyarakat yang tradisional. Dimana mereka itu goblok,
bodoh, dan terbelakang. Sehingga mereka (masyarakat negara berkembang) harus mengikuti model pembangunan negara
maju dan bekerjasama dengan mereka. Akibatnya, negara-negara berkembang tersebut menjadi budak-budak negara Imperialis tersebut. Lihatlah berbagai kekayaan alam
mereka rampok atas nama pembangunan.
Sebagai contoh apa yang terjadi di Indonesia:
gunung emas di Papua di gali oleh perusahaan raksasa
AS (PT. Free port) menjadi sebuah terowongan
atas nama pembangunan, minyak bumi di Indonesia
diserahkan pada investor asing atas nama pembangunan, dan berbagai macam
kekayaan alam lainnya diserahkan kepada asing juga atas nama pembangunan.
Padahal apa yang didapatkan Indonesia dari pengelolaan yang mereka lakukan?
Ternyata Indonesia hanya mendapatkan recehan-recehan
dan sebuah terowongan yang sangat luas. Indonesia
diinstruksikan untuk melakukan pinjaman dana (berutang) kepada World Bank dan
negara-negara maju atas nama pembangunan. Padahal melalui hutang luar negeri
itulah Indonesia dijebak dalam debt trap
(jebakan hutang) yang menyebabkan ketidakmandirian ekonomi Indonesia.
2. The Internationalist structural theory
Teori ini menyatakan bahwa setiap negara harus
melakukan spesialisasi. Maka dari teori inilah lahir kesepakatan antara negara
maju dengan negara berkembang, dimana kesepakatan tersebut adalah sebagai
berikut:
“negara-negara maju memfokuskan pembangunannya
pada sektor industri, sedangkan negara-negara berkembang memfokuskan
pembangunannya pada sektor
pertanian”.
Akibat dari teori ini, pengelolaan kekayaan
alam (berupa tambang, minyak bumi, dsb.) dikelola oleh asing. Sebab, yang
memiliki industri untuk mengelola kekayaan alam
tersebut adalah mereka. Dan masyarakat di negara-negara
berkembang hanya bisa menjadi penonton. Selain itu, yang
memiriskan hati para petani di negara
berkembang, ternyata negara-negara
maju malah berkhianat pada kesepakatan tersebut. Mereka ternyata bergerak pula di sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya terhadap
produk-produk pertanian bahkan mereka
memberikan subsidi kepada masyarakatya yang mau bertani. Selain itu, mereka juga memproteksi barang-barang pertanian dari negara berkembang. akibatnya, para petani di negara berkembang merana karena produk
mereka tidak mempunyai pasar dan
kalaupun ada maka harganya di obral (dibawah harga standar).
Joseph E. Stingliz dalam bukunya yang berjudul “Globalization and descontens”
mengkritik model penjajahan seperti ini (penjajahan terhadap negara-negara
berkembang) sebagai akibat dari adanya
globalisasi. Dimana globalisasi terdiri dari pasar bebas dan
privatisasi. Ide globalisasi yang didengung-dengungkan barat dapat mengatasi
promlematika perekonomian malah menimbulkan ketidakstabilan ekonomi dan menjadi
boomerang untuk negara-negara miskin dan berkembang.
Zulfikri Al-Akbar