Minggu, 11 November 2012

PENJAJAHAN ATAS NAMA PEMBANGUNAN EKONOMI


K
etika persepsi seseorang berubah maka seketika itu pula sikap dia terhadap sesuatu itu berubah mengikuti  persepsinya tersebut. selain dibentuk oleh pemikiran, persepsi juga dipengaruhi oleh pandangan (opini) umum masyarakat. Sehingga, terkadang banyak persepsi-persepsi yang salah malah dianggap baik ditengah-tengah masyarakat. Begitu pula sebaliknya, banyak persepsi-persepsi yang benar malah dianggap buruk ditengah-tengah masyarakat. ketika seseorang mempunyai persepsi yang positif terhadap sesuatu maka dia akan bersikap mengikuti persepsinya tersebut, begitu pula sebaliknya.
                Akan halnya dengan pembahasan saya pada kesempatan ini. Tatkala masyarakat Indonesia mendengar kata pembangunan ekonomi maka 90% masyarakat Indonesia akan menanggapi positif hal tersebut. Sebab, diberbagai tingkatan pendidikan diajarkan bahwa pembangunan ekonomi itu adalah untuk menuju Indonesia yang lebih baik dengan mewujudkan kesejahteraan ekonomi. Benarkah bahwa pembangunan ekonomi yang digalakkan di Indonesia dan berbagai


negara berkembang lainnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi di negara tersebut? Maka untuk mengetahui hal tersebut, kita harus membedah secara detail teori-teori pembangunan ekonomi yang dipakai selama ini dan fakta-fakta pembangunan ekonomi tersebut.
Memang benar bahwa kata “pembangunan” dan “pembangunan ekonomi” itu mempunyai konotasi yang positif. Hal ini ditinjau dari makna kata “pembangunan” itu sendiri. Akan tetapi tatkala pembangunan ekonomi itu disusun secara sistematis mengikut pada ideologi (pandangan hidup) tertentu maka pembangunan itu akan menjadi ambigu dan bersifat netral (bisa positif dan bisa pula negatif), tegantung pada ideologinya. Jika ideologinya benar, maka pembangunan itu akan diarahkan pada jalan yang benar pula dan semata-semata untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Begitu pula sebaliknya, ketika ideologinya rusak (tidak benar), maka pembangunan itu hanya akan menimbulkan kemudharatan, kerusakan dan penderitaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap negara mengadopsi ideologi tertentu untuk menjalankan pemerintahannya. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi setiap negara akan mengikuti mekanisme ideologi yang diadopsinya tersebut. Jika suatu negara mengadopsi ideologi Kapitalisme maka pembangunan ekonominya harus sesuai dengan teori-teori sistem ekonomi Kapitalisme. Mustahil suatu negara yang berideologi Kapitalisme tetapi melaksanakan pembangunan ekonominya berkiblat pada sistem ekonomi Sosialisme atau sistem ekonomi Islam. Begitu pula dengan negara-negara yang berideologikan Sosialisme, dalam melakukan pembangunan ekonominya maka harus sesuai dengan teori-teori system ekonomi sosialisme.
Semenjak keruntuhan sistem Islam (Khilafah) di Turki pada tahun 1924 M dan setelah runtuhnya system Sosialisme yang ditandai dengan hancurnya Uni Soviet pada tahun 1989, maka ideologi (sistem) Kapitalisme menjadi satu-satunya ideologi yang menghegemoni di muka bumi ini. Amerika Serikat Cs. (Inggris, Prancis, dll.) dengan ideologi kapitalismenya menjadi adidaya baru dunia. Dan untuk menjaga kepentingan negaranya agar tetap menjadi adidaya dunia dan menjadi kiblat paradaban maka Amerika Serikat Cs. menyebarkan ideologinya tersebut keseluruh penjuru dunia terutama kepada negara-negara berkembang. untuk apa? untuk menjajah negara-negara tersebut agar mereka tunduk dan tetap berada di bawah ketiak Amerika Serikat Cs. Dan tanpa menunggu waktu yang lama, akhirnya misi Amerika Serikat berserta kawan-kawannya berhasil dan kapitalisme menjadi ideologi yang memimpin dunia. Lantas, yang menjadi pertanyaan besar bagi kita, mengapa kapitalisme diterima oleh bangsa-bangsa di dunia? Maka ada dua penyebab yang membuat Negara-negara (yang terjajah) tersebut menerima ideologi Kapitalisme, Yaitu:
1.  Tidak ada pilihan alternatif
Hal ini terjadi pada negeri-negeri yang penduduknya mayoritas non muslim. Keruntuhan ideologi Sosialisme membuat mereka tidak mempunyai pilihan lain selain menerima ideologi Kapitalisme. Mereka tidak mungkin mengambil ideologi Islam karena mereka sangat membencinya.
2.  Imperialisme (Penjajahan)
Hal ini terjadi pada negeri-negari yang penduduknya mayoritas Muslim. Mereka (umat Islam) terpaksa menerima ideologi Kapitalisme karena Amerika Serikat menggunakan metode baku ideologi tersebut untuk menyebarkan ideologinya di negeri-negeri kaum Muslimin. Metode baku Kapitalisme tersebut adalah Imperialisme (penjajahan). Amerika Serikat menggunakan penjajahan untuk menundukan negeri-negeri kaum muslimin karena pasca runtuhnya Sosialisme banyak umat Islam yang menuntut kembali penerapan syariat Islam dan samasekali tidak menghendaki penerapan ideologi apapun (selain Islam) di negeri mereka. Maka tidak ada jalan lain bagi Amerika Serikat untuk menundukan negeri-negeri kaum Muslim yang telah terpecah belah selain melakukan penjajahan. Penjajahan itu dilakukan secara fisik (perang fisik) dan secara non fisik (tipu daya: politik, ekonomi, budaya, pendidikan, dll.).
Negara yang dijajah secara fisik adalah mereka yang tidak mau menerima konsep Amerika Serikat Cs. (Kapitalisme) Dalam bentuk apapun seperti Afganistan dan Irak. Dan negara yang dijajah secara non fisik adalah mereka yang terkena tipu daya negara imperialis (AS) tersebut. Baik tipu daya itu melalui ekonominya, politiknya, budayanya, pendidikannya maupun sektor-sektor lainnya, seperti Indonesia. Akan tetapi pada kesempatan ini, pembahasan saya fokuskan pada tipu daya mereka di sektor ekonomi untuk menjajah negara berkembang (termasuk Indonesia). Penjajahan yang dilakukan Amerika Serikat secara fisik membuat negara itu mendapat julukan “penjahat perang” dari PBB. Oleh karena itu, saat ini Amerika Serikat tidak terlalu menggencarkan penjajahan fisiknya, karena takut hal itu membuat negara-negara lain berang terhadap mereka. Lantas, apa yang mereka gunakan untuk mempertahankan  hegemoninya? Ternyata mereka saat ini fokus pada model penjajahan Kapitalisme yang modern yakni “Developmentisme”. Mereka menjajah atas nama pembangunan ekonomi. Skenario yang mereka mainkan sangat lihai. Program pembangunan ekonomi yang mereka galakkan hanya ditujukan untuk negara-negara yang sedang berkembang. mengapa? Karena pada dasarnya mereka (Negara yang sedang berkembang) adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Mereka  membuat skenario bahwa mereka sebagai negara maju dan adidaya dunia ingin membantu negara yang sedang berkembang agar menjadi negara maju pula. Tetapi, apa yang terjadi? ibarat api jauh dari panggang, pembangunan yang mereka kampanyekan malah menjadi boomerang untuk negara berkembang. Developmentisme (pembangunan) menjadi alat penjajahan mereka terhadap negara-negara yang sedang berkembang. Dan tatkala ada masyarakat yang mengkritik model pembangunan tersebut maka mereka merasionalkannya melalui teori-teori ekonomi pembangunan (yang sebenarnya teori itu  berasal dari mereka sendiri). Sehingga para pakar ekonomi di negeri-negeri yang terjajah malah mendukung pembangunan yang mereka galakkan karena pemikiran (ekonom negeri tersebut) telah diracuni melaui dunia pendidikan tatkala mereka menempuh pendididikan. mereka diajarkan teori-teori ekonomi pembangunan tersebut, sehingga terbentuk persepsi yang positif terhadap model pembangunan ekonomi barat. ada 2 teori ekonomi pembangunan yang sering mereka (AS) gunakan untuk merasionalkan penjajahan mereka (yang berkedok pembangunan ekonomi), yaitu:
1.  The stage of growth theory
Teori ini berasal dari seorang pakar ekonomi pembangunan barat (ekonom kapitalis) yang bernama W.W. Rostow. Dalam teori ini menyatakan bahwa masyarakat di negara-negara berkembang itu adalah masyarakat yang tradisional. Dimana mereka itu goblok, bodoh, dan terbelakang. Sehingga mereka (masyarakat negara berkembang) harus mengikuti model pembangunan negara maju dan bekerjasama dengan mereka. Akibatnya, negara-negara berkembang tersebut menjadi budak-budak negara Imperialis tersebut. Lihatlah berbagai kekayaan alam mereka rampok atas nama pembangunan. Sebagai contoh apa yang terjadi di Indonesia: gunung emas di Papua di gali oleh perusahaan raksasa AS (PT. Free port) menjadi sebuah terowongan atas nama pembangunan, minyak bumi di Indonesia diserahkan pada investor asing atas nama pembangunan, dan berbagai macam kekayaan alam lainnya diserahkan kepada asing juga atas nama pembangunan. Padahal apa yang didapatkan Indonesia dari pengelolaan yang mereka lakukan? Ternyata Indonesia hanya mendapatkan recehan-recehan dan sebuah terowongan yang sangat luas. Indonesia diinstruksikan untuk melakukan pinjaman dana (berutang) kepada World Bank dan negara-negara maju atas nama pembangunan. Padahal melalui hutang luar negeri itulah Indonesia dijebak dalam debt trap (jebakan hutang) yang menyebabkan ketidakmandirian ekonomi Indonesia.Description: C:\Users\IBNU SINA\Documents\EKONOMI.png
2.  The Internationalist structural theory
Teori ini menyatakan bahwa setiap negara harus melakukan spesialisasi. Maka dari teori inilah lahir kesepakatan antara negara maju dengan negara berkembang, dimana kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut:
“negara-negara maju memfokuskan pembangunannya pada sektor industri, sedangkan negara-negara berkembang memfokuskan pembangunannya pada sektor pertanian”.
Akibat dari teori ini, pengelolaan kekayaan alam (berupa tambang, minyak bumi, dsb.) dikelola oleh asing. Sebab, yang memiliki industri untuk mengelola kekayaan alam tersebut adalah mereka. Dan masyarakat di negara-negara berkembang hanya bisa menjadi penonton. Selain itu, yang memiriskan hati para petani di negara berkembang, ternyata negara-negara maju malah berkhianat pada kesepakatan tersebut. Mereka  ternyata bergerak pula di sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya terhadap produk-produk pertanian bahkan mereka memberikan subsidi kepada masyarakatya yang mau bertani.  Selain itu, mereka juga memproteksi barang-barang pertanian dari negara berkembang. akibatnya, para petani di negara berkembang merana karena produk mereka tidak mempunyai pasar dan kalaupun ada maka harganya di obral (dibawah harga standar).
Joseph E. Stingliz  dalam bukunya yang berjudul “Globalization and descontens” mengkritik model penjajahan seperti ini (penjajahan terhadap negara-negara berkembang) sebagai akibat dari adanya  globalisasi. Dimana globalisasi terdiri dari pasar bebas dan privatisasi. Ide globalisasi yang didengung-dengungkan barat dapat mengatasi promlematika perekonomian malah menimbulkan ketidakstabilan ekonomi dan menjadi boomerang untuk negara-negara miskin dan berkembang.

          Oleh karena itu, Pembangunan yang digalakan oleh barat selama ini melalui lembaga-lembaga internasional hanyalah tipu muslihat mereka untuk menjaga hegemoninya di negara-negara yang sedang berkembang, sebab seluruh teori pembangunan yang mereka gunakan selama ini adalah teori pembangunan ekonomi kapitalisme. Selama sistem ekonomi suatu negara berkiblat pada sistem Kapitalisme maka selama itu pula negara-negara itu akan terjajah dan menjadi budak negara-negara Imperialis barat. ****************************

 Zulfikri Al-Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar